Selasa, 16 Juni 2015

Laporan KImia Pangan Bilangan Peroksida



LAPORAN KIMIA PANGAN
BILANGAN PEROKSIDA




OLEH :
NOVI RIZKI AULIA
PO7131114022
DIV GIZI IIA







KEMEMTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN GIZI
2015
BILANGAN PEROKSIDA

Hari / tanggal  : Rabu, 27 Mei 2015
       I.            JUDUL PRAKTIKUM      
Bilangan peroksida

    II.            TUJUAN      
Untuk mengetahui bilangan peroksida dari minyak.

 III.            DASAR TEORI
Iodometri adalah titrasi terhadap iodium (I2) yang terdapat dalam larutan, sedangkan iodimetri adalah titrasi dengan larutan I2 standar. Potensi reduksi bormalnya dapat ditunjukkan dengan sistem reaksi reversibel sebagai berikut :
I2 (p) + 2 e- ↔ 2 I¬-
Dan besarnya = 0,535 volt. Persamaan tersebut menunjukan bahwa larutan jenuh iodium padat dan reaksi setengah sel, akan terjadi ion iodida dengan zat pengoksidasi seperti KMnO4 jika konsentrasi ion I- relatif lebih rendah. Pada sebagian besar titrasi iodometri, apabila dalam larutan terdapat kelebihan ion iodida (I-), maka terjadi ion tri-iodida dengan persamaan reaksi :
I2(aq) + I- ↔ I3-
Hal ini disebabkan karena iodium larut secara cepat dalam larutan iodida. Dengan demikian, reaksi setengah sel tersebut diatas lebih baik dituliskan :
I3- + 2e- ↔ 3I-
Reaksi ini dapat dianggap sebagai reaksi reduksi I2 tapi dalam larutan I-. Jadi pada titrasi iodometri, secara teoritis, ion-ion yang dapat ditentukan kadarnya adalah ion tereduksi yang mempunyai potensial elektroda lebih kecil dari 0,535 volt, misalnya ion Fe(CN)64-, Cu2+, Sn2+, Ti3+.
Untuk iodometri, dasar penentuan kadar ionnya adalah I2 yang terbentuk jika ion iodida I- teroksidasi menjadi I2. Titrasi yang dilakukan pada iodometri, ion-ion yang dapat ditentukan kadarnya adalah ion-ion yang mempunyai potensial elektroda lebih tinggi dari 0,535 volt, dan larutan baku/standar yang digunakan adalah larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3).


 IV.            METODE TITRASI
Titrasi Yodometri

    V.            CARA KERJA
1.    Siapkan alat dan bahan, labu ukur, reagen, corong, gelas ukur, pipet, labu Erlenmeyer tutup asah, neraca analitik,beker gelas, buret.
2.    Timbang sampel minyak sebanyak 5,0 gram dan 1,0 gram KI dengan neraca analitik.
3.    Masukkan sampel kedalam labu Erlenmeyer tutup asah.
4.    Tambahkan 30,0 ml pelarut dan 1 gram  KI.
5.    Diamkan ditempat gelap selama 30 menit, sesekali dikocok (setiap 5 menit)
6.    Tambahkan indicator amylum
7.    Titrasi dengan Na2S2O3 0,05 N hingga berubah warna dari warna biru hingga warna menghilang.

 VI.            ALAT DAN BAHAN
ALAT :
a.       Labu Erlenmeyer tutup asah
b.      Pipet
c.       Neraca analitik
d.      Mikro Buret
e.       Corong gelas
f.       Gelas ukur
g.      Beker gelas
BAHAN :
a.       Sampel (minyak)
b.      Larutan Pelarut
c.       Larutan Na2S2O3 0,05 N         
d.      Larutan KI
e.       Indikator Amylum




VII.            DATA PERCOBAAN
-   W sampel = 5,0264 gram
-   Volume titrasi = 1,1 ml

VIII.            PERHITUNGAN
  mg /100 gr minyak
                                                             mg/100 gr minyak

 IX.            KESIMPULAN
Dari praktikum bilangan peroksida minyak di dapat nilai volume titrasi 1,10 ml dan bilangan peroksida minyak 8,75 mg/100 gr minyak.

    X.            DOKUMENTASI HASIL PRAKTIKUM

             465.jpg                                    464.jpg            
                   (sebelum titrasi)                                                      (sesudah titrasi)


Praktikan                                                                   Dosen Pembimbing

( Novi Rizki Aulia )                                                    (                                         )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar